Tingkat impor garam yang dapat dibilang lumayan tinggi mengindikasikan produksi garam dalam negeri belum dapat memenuhi kebutuhan industri dalam negeri, hal tersebut dimungkinkan karena proses pembuatan garam tradisional yang memakan waktu cukup lama, sementara kebutuhan garam dalam negeri setiap harinya cukup besar
Revitalisasi serta modernisasi pengelolaan tambak garam sedang digalakkan oleh menteri PUPR, salah satunya adalah dengan menggunakan metode geomembrane, penggunaan geosintetik satu ini telah diterapkan di beberapa daerah seperti yogyakarta dan aceh. Dari hasil penerapannya, penggunaan geomembrane sebagai alas tambak terbukti efektif untuk meningkatkan jumlah garam produksi, meningkatkan kualitas garam yang dihasilkan serta mengurangi lama waktu produksi yang tadinya 1 bulan menjadi 14 hari.
Geomembrane “High Density Polyethylene” (HDPE) adalah lapisan kedap air yang dihamparkan pada lahan garam yang tahan air, korosi, minyak, asam, dan panas tinggi. Geomembran, menurut Suwarman, banyak digunakan di berbagai daerah penghasil garam seperti di Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur.
proses pembuatan garam menggunakan TUF Geomembran membutuhkan modifikasi lahan tambak dengan penambahan ulir pada tahap peminihan dengan tujuan mempercepat proses penuaan air laut sehingga saat tiba dipetak penampungan sudah mencapai (20 Be°) dan dengan penambahan geomembran untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas garam. Pada teknik TUF ini ulir dibuat berbentuk petakan kolam tanah yang berkelok-kelok dengan dasar yang tidak rata untuk membuat arus air secara alami sehingga terjadi proses penguapan yang dibantu cahaya matahari dan angin. Ketinggian air pada ulir berkisar 10 – 20 cm, perbandingan luas lahan peminihan dengan lahan meja garam (65 : 35) meja garam yang memakai geomembran dapat menghindari bocor mudah dirawat dan dapat segera digunakan pada musim garam tiba.
Selain mampu menghasilkan garam dengan kualitas yang baik, menurut Suwarman Partosuwiryo , penggunaan lapisan dengan geomembran lebih efisien dibandingkan dengan membuat petakan permanen dari beton karena sewaktu-waktu bisa dilipat apabila tidak digunakan. Karena pembuatan garam sangat tergantung adanya sinar matahari, dengan menggunakan geomembrane akan menjadi sangat praktis, karena ketika musim penghujan tidak digunakan, geomembran dapat dilipat kembali.
Berikut ini beberapa manfaat yang didapat dari penggunaan geomembrane sebagai alas tambak garam.
- Mencegah Terjadinya Pencemaran
Geomembrane memiliki daya tahan tinggi yang memungkinkan untuk menahan tanah tambak sehingga tidak merembes ke dalam air laut yang akan diolah menjadi garam. Hal ini akan berpengaruh terhadap garam yang dihasilkan akan memiliki kualitas yang lebih baik karena Semakin bersih air yang diolah menjadi garam, maka semakin baik garam yang akan dihasilkan.
- Meningkatkan Produktivitas
garam yang dihasilkan akan menjadi jauh lebih banyak bila dibandingkan dengan tambak konvensional yang tidak menggunakan geomembrane sebagai alasnya.Hal ini dikarenakan Garam sangat mudah menyerap dan menyatu dengan partikel tanah. Dengan penggunaan geomembrane sebagai alas tambak garam dapat mencegah terikatnya kristal garam terhadap tanah tambak, sehingga pemanenan dapat dilakukan dengan mudah dan cepat.
- Mempercepat Kristalisasi Garam
Geomembrane berwarna hitam, yang mampu menyerap semua gelombang cahaya yang datang dan tidak memantulkannya kembali.hal tersebut menimbulkan panas internal pada areal tambak garam yang akhirnya membuat air laut lebih cepat mengalami pengkristalan menjadi garam. Sehingga proses pemanasan air laut hingga membentuk kristal garam atau yang biasa disebut kristalisasi umumnya memakan waktu 2 hingga 3 hari penjemuran, tergantung dengan cuaca.
Penggunaan geomembrane sebagai alas tambak garam ini dinilai mampu mempercepat kristalisasi air laut tersebut, sehingga panen dapat dilakukan lebih cepat..